Jumat, 12 Maret 2010

Y. B. Mangunwijaya (Mimpi Bertemu)


sungguh,
aku tak pernah tahu, bahkan bertemu, bahkan bercengkerama
tertidur berpeluh mimpi, suatu malam yang sembunyi
dalam buaian halus sayap sofa violet

manusia berwajah samudera,
keluar dari penjara yang terpaksa
ditandu puluhan pemuda berwajah dendam dan kasih,
setelah para domba bersisik ular itu menyiksa tubuh ringkihnya
memotong acak benang putih rambutnya
dengan semangat api setia teguh, para pemuda itu
menggendongnya sehangat sayang
melekat erat dalam raganya, hingga pada suatu persimpangan
matanya dan takutku beradu, membawanya berhenti tepat di depanku
sedekat mataku ia berseru lantang,
sambil tangan kanannya terkepal mengacung
“ Sampai kapanpun, perjuanganku takkan pernah berakhir!”
dada ringkih membusung berlalu pergi
para pemuda bersitatap dengan nafasku satusatu
lalu dari sudut aku berdiri, kulihat jelas kedua kakinya yang menggantung
tanpa tungkai dan telapak!
kurasa sangat dengan hati pedih, domba bersisik ular itu
coba habisi ia yang tak pernah surut nadinya

tapp!!
bangun aku berkawan peluh terkait tanya membukit
kuingat ceritera kawanku beberapa purnama lalu,
sepulang dari misa requiem melepas pergi seorang tokoh bangsa
ia berkisah tentangnya dengan mata penuh embun

mendesir darahku berpadu ingatan melilit jantung
manusia berwajah samudera, melekat erat hati kita
nyatanya ia adalah beliau, adalah engkau,

Romo.


Semarang – 2000

Tidak ada komentar:

Posting Komentar