inginmemelukmu
lebih lama
dari sebelum
petir itu datang
inginmemelukmu
lebih lama
dari sebelum
dadu itu dilempar
bila tiba giliran itu
mendera kita
biar tiba giliran kita
membabat duka
dalam terang purnamaada kembali ke tiada
tiada kembali ke ada
tanah
tuju ke
tanah
entah
kapan
bilamana
akan
kitapeluk
waktu bersama
menjejal terjal
ajal
13Jan2015
Tampilkan postingan dengan label Sang Hidup. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sang Hidup. Tampilkan semua postingan
Sabtu, 17 Januari 2015
Jumat, 16 Maret 2012
Batu Doa
Tidakkah Kau lihat aku,
tengah menutup kedua telingaku
dan mengatupkan mata rekat rekat
sambil menggelengkan kepalaku kuat kuat
tanda,
aku tak mengerti semua ini
dan aku lelah melangkah
ke jalan yang dulu telah Kau siapkan
bagi kelahiranku yang Kau kehendaki.
O, Han...
Semarang, 7Maret12
tengah menutup kedua telingaku
dan mengatupkan mata rekat rekat
sambil menggelengkan kepalaku kuat kuat
tanda,
aku tak mengerti semua ini
dan aku lelah melangkah
ke jalan yang dulu telah Kau siapkan
bagi kelahiranku yang Kau kehendaki.
O, Han...
Semarang, 7Maret12
Minggu, 26 Februari 2012
Menikam Cekam
Tuhan, angkatlah kepalaMu
ke arah sunyi hati
tidakkah aku terlalu tinggi
berada jauh di atasMu?
Semarang, 21peb12
Rosario
: Mpok Mercy Sitanggang
Terasa dingin di ujung jari,
sentuh butir-butir rosario,
sentak sadari
telah kugenggam roh
punyamu, ini.
Ini seperti pusaka
yang kau wariskan pada
seorang asing yang kau jumpa
di tengah perjalanan
menuju Emaus kita.
Aku raba tiap butir batu
mawar air mata
bulir kehidupan
galau tawa
sukadukacita
getir keramaian
mahkota duri
piala kesepian
cawan kosong
uap anggur
pecah roti
tapi bukan, ciuman Yudas.
Ya. Bukan.
Demikian lama aku kehilangan ibu,
lalu kuhilang-hilangkan semua ibu
dalam hidup, yang bugil kacau.
Kau tarik tanganpetangpedangku,
kau paksa ia masuk ke genggamku,
serahkan padaku kisah yang kau
kawani selama ini,
segala mewujud kalungdoa
layu jatuh tak pantas,
bisa apa aku?
Ini serupa nyawa, sulit kubiarkan.
Mata minta aku merawatnya.
Pelukan percaya.
Sekuat-kuat ucapan,
kerelaan tak terperikan.
Bisa apa aku?
Katamu masih ada ibu,
selain ibu dari jari yang tuntun aku
merangkak pelan menuju
berbutir butir batu
cairkan gelap
terangkan pengap
kuketuk ketuk
tanpa amuk tiada kantuk
untuk
tabah rebah di dada Ibu,
Maria.
Semarang,24Jan12
Terasa dingin di ujung jari,
sentuh butir-butir rosario,
sentak sadari
telah kugenggam roh
punyamu, ini.
Ini seperti pusaka
yang kau wariskan pada
seorang asing yang kau jumpa
di tengah perjalanan
menuju Emaus kita.
Aku raba tiap butir batu
mawar air mata
bulir kehidupan
galau tawa
sukadukacita
getir keramaian
mahkota duri
piala kesepian
cawan kosong
uap anggur
pecah roti
tapi bukan, ciuman Yudas.
Ya. Bukan.
Demikian lama aku kehilangan ibu,
lalu kuhilang-hilangkan semua ibu
dalam hidup, yang bugil kacau.
Kau tarik tanganpetangpedangku,
kau paksa ia masuk ke genggamku,
serahkan padaku kisah yang kau
kawani selama ini,
segala mewujud kalungdoa
layu jatuh tak pantas,
bisa apa aku?
Ini serupa nyawa, sulit kubiarkan.
Mata minta aku merawatnya.
Pelukan percaya.
Sekuat-kuat ucapan,
kerelaan tak terperikan.
Bisa apa aku?
Katamu masih ada ibu,
selain ibu dari jari yang tuntun aku
merangkak pelan menuju
berbutir butir batu
cairkan gelap
terangkan pengap
kuketuk ketuk
tanpa amuk tiada kantuk
untuk
tabah rebah di dada Ibu,
Maria.
Semarang,24Jan12
Kamis, 05 Januari 2012
Jumat, 04 November 2011
Duri
Baiklah,
kugenggam
duri ini.
Kujanjikan
pasti
untuk memilihnya.
Genggam duri
sampai mati,
tapi tidak dengan caraMu
tidak
tidak lagi.
Semarang,3Sept11
kugenggam
duri ini.
Kujanjikan
pasti
untuk memilihnya.
Genggam duri
sampai mati,
tapi tidak dengan caraMu
tidak
tidak lagi.
Semarang,3Sept11
Kamis, 20 Januari 2011
Lagu Pengharapan
Garisgaris yang kita lukis di bawah langit,
perlahan pudar lalu hilang dibelai angin.
Namun langit selalu tahu bahwa,
seseorang telah mencoba menggapai nyawa
dengan darah,
darah.
Semarang,21Des10
Senin, 13 Desember 2010
Tuhan, Mari Kita Berdosa
Hujan yang menderas
kiranya bisa bersihkan
kotoran dari tubuh dekil.
Mungkin Kau bayangkan sebentuk gigil
terbit
dari diri.
Tapi tahukah?
Diamdiam pula airnya, suburkan
anak anak rambut
yang tiap helainya
adalah pokokpokok dosa.
Maka biar aku mabuk
oleh beban harapan
menari nari
tinggikan Engkau
Allahku ya Allahku mengapa Kau tinggalkan Aku?
sungguh mengapa
Kau tinggalkan Aku.
Kali ini akan
kupaksa Kau
berganti tempat duduk.
Han,
marilah kita berdosa.
Biar aku yang pimpin.
semarang,2des2010
Selasa, 28 September 2010
Sontak Aku Jatuh Jauh
Mengapa.
Kau patahkan
satu satu
tawa yang kupunya.
Aku terlepas
dari helai
rambutMu,
jatuh.
Aku terhempas
dari belai
mataMu,
jauh.
Sontak.
Rasa percaya
terjun bebas
entah kemana
ntah dimana.
Kau.
2010
Rabu, 24 Maret 2010
Ada Aman Tak Tenteram
CintaiMu, dengan caraku.
Bolehkah?
Atau hanya dengan caranya,
yang katanya adalah
caraMu.
Caranya bukan caraku tapi hanya caranya katanya caraMu
jadi caraku bukanlah caraMu
karna hanya caranya yang adalah caraMu
tapi caranya yang katanya caraMu
siksasiksa batinku
Tak bisakah?
cintaiMu tanpa caranya.
Tapi kuharus ikuti caranya, biar dunia
tahu kami sangat cintaiMu. Habishabisan kami mencinta,
darah dan jiwa berserah
hoooh
Tubuh ringkihku
kutemukan di selangkang gajah.
Kecil.Terhimpit.Sesak.Hampa udara.
Bau.
Belum jua kubebas beri
caracaracaracaraku
mencintai
Mu.
2004
Selasa, 23 Maret 2010
Bisikan Kekasih
:Teddy Delano
Kekasih hati,
Aku tak ingin tinggalkanmu,
tak kan.
Aku tak pernah lalai,
selalu.
Aku ada di seluruhmu,
segala.
Aku tak pernah mati,
tidak.
Aku tak pernah lari dari tanggungjawab,
tak mau.
Sedikit saja kau perhatian,
kebahagiaan ini lebihi luas alam semesta.
Tak perlu dirimu kuatir, bahkan
saat kau sedang asyik
bercengkerama dengan dosa.
Kubawa itu sebagai janji, laksana kertas tersaput kanji.
Erat merekat tanpa henti, kuat melekat bagi hati.
Kudekap kau hingga setelah mati.
Sebagai Kekasih yang kau sebut Maha ini,
Kutahu kedalaman hatimu,
yang kini melonjak bahagia, namun terkadang
ragu akan Aku.
2009
Kekasih hati,
Aku tak ingin tinggalkanmu,
tak kan.
Aku tak pernah lalai,
selalu.
Aku ada di seluruhmu,
segala.
Aku tak pernah mati,
tidak.
Aku tak pernah lari dari tanggungjawab,
tak mau.
Sedikit saja kau perhatian,
kebahagiaan ini lebihi luas alam semesta.
Tak perlu dirimu kuatir, bahkan
saat kau sedang asyik
bercengkerama dengan dosa.
Kubawa itu sebagai janji, laksana kertas tersaput kanji.
Erat merekat tanpa henti, kuat melekat bagi hati.
Kudekap kau hingga setelah mati.
Sebagai Kekasih yang kau sebut Maha ini,
Kutahu kedalaman hatimu,
yang kini melonjak bahagia, namun terkadang
ragu akan Aku.
2009
Senin, 22 Maret 2010
Kepada Tuhan dan Penyair
tolong
jangan jadikan aku sahabat
apalagi kekasih
jangan hendak pinang aku
jadi pendamping
aku tak sanggup
menatap mata
basah penuh cinta
harus dibagi
atau kulihat
tubuh tubuh mereka
bergelayut mesra di lengan
yang rakus kupeluk
atau bibir bibir kering
dan gusar, habis ciumi
wajah sepi
mata sunyi
duh,
lidah senyap
aku belum sanggup
matikan ego
menuntut penuh peluh
bagi diri
aku hanya pencemburu berat,
dengan hati compang camping,
masih sulit kulepas
kata ranum mata sayup
yang membisiki telinga
agar terjaga akan sabda,
'cintailah sesamamu
seperti kamu
mencintai dirimu
sendiri'
2010
Rabu, 24 Februari 2010
Senin, 07 Desember 2009
Yang Tak Tersentuh
kusentuh kakimu,
kakimu air
kugenggam tanganmu,
tanganmu angin
kucium bibirmu,
bibirmu api
kupeluk tubuhmu,
tubuhmu abu
hei surga,
bagaimana kita bersenggama,
bila tak pernah manusia.
Sabtu,28Nop09
Sabtu, 21 November 2009
Menuju Nya
adakah seorang hendak temani
memecah langit dengan batu
aku ingin belajar mengerti
mengapa tanahnya begitu biru
19Nop09,Kamis
Membaca Perjalanan
Duh. Betapa
hidup melulu bertemu
garis miring
beriring
serakan pilihan mencari pasti.
Betapa
hidup melulu bertemu
titik dua
bagi puas diri yang begitu luas
hendak menuju pasti.
Betapa
hidup melulu bertemu
koma
capai segala yang belum selesai.
Duh. Betapa
hidup akhirnya,
menuju ke satu tanda baca
titik.
11Nop09,kamis
Rabu, 26 Agustus 2009
Belenggu
Kau lihat apa diatas sana?
Langit.
Warna apakah yang nampak?
Biru.
Ada apa lagi diatas sana?
Awan.
Warnanya?
Putih.
Indahkah bentuknya?
Tidak.
Mengapa tidak?
Silau.
Oh, ya? Bagaimana langit kau lihat diwaktu malam?
Gelap.
Lalu?
Kelabu.
Mengapa jika kutanya jawabmu hanya sepotong?
……
Mengapa?
Takut.
Takut?
Takut.
Oleh?
Dunia.
Semarang.300709
Selasa, 25 Agustus 2009
Apokaliptik
Binatangbinatang itu ‘kan peluk para bunga berapi, anakku
serta hujan, dan asap, dan angin, dan debu bersekutu jadi batuan beku
tak berhati nurani
dalam gempurannya, semuamua manusia mati lenyap mencari pelukan petir
lalu langit perkasa itu mematung, tersapu badai gelap tak bermata
tepat tengah malam nanti
Dia bisikkan itu padaku
tentang nasib kita,anakku
tunggulah sesaat lagi
baiknya semuamua manusia percaya berlindung dalam perahu kudus
tinggal pergi derita pilu, kemunafikan dan ketidakadilan yang melangit
lagi dan lagi siksa kerongkongan
segala isi kantong duniamu tak ada guna kini, juga pekerjaan
kian buatmu tertindas. Bawa lekas anak istri keluarga buyut,
semuamua
karna seonggok nyawa lebih berarti dari serakan harta. Segeralah anakku,
jangan tunggu hingga segala air laut kesepian itu selimuti bumi
dan melumatnya dengan birahi.
bergegaslah, sebelum tegah malam nanti
Dia serukan kuat padaku
tentang nasib kita, anakku
teguhkan hati karna itu pasti
bertekurlah pada lantai berpantul dosamu
tlah Dia tebus habis keegoisan manusia bumi. Kini gilirannya
aku, kau, semuamua ‘tuk serahkan tubuh berbalur jiwa.
Demi Dia.
Demi dunia.
Sebagai ganti Dia akan datang dan bertahta
dalam sinar berkilau-kilau cahaya,
bukankah kita ’kan ikut bersukacita kelak?
Hening. Tengah malam tadi lewat hari pagi
Dia membisu padaku
belum terjadi , anakku
belum ada tanda lagi
tapi orangorang tak percaya itu keburu mencibir kaku, keburu berbuah resah
lalu para penjaga keburuburu mengepung kita, anakku…dengan perlengkapan
yang seharusnya ditanggalkan
mereka tak tahu, bumi sedang bersekutu dengan bulan-matahari-bintang,
berbisikbisik tentang perilaku mereka, lalu menunggu saat tepat untuk mengerjai mereka
mengapa bukan tengah malam tadi kita binasa
atau Dia uji iman kita, anakku
nasib kita jelas pada torehan tanganNya
harus. Kita bersabar dan menunggu
keyakinanku sekeras batu karang, tak ‘kan mengembun oleh kuatnya debur jantung
ini nubuatNya, dalam tali suara surgawi berbentuk aku
telah tertulis rapih korban raga kita dalam setiap helai bening rambutNya
kita akan berbahagia bersama, anakku. Aku dapat lihat dan rasakan sangat.
Tidakkah kalian juga?
Lihat. Kini Dia datang dalam senyumNya
taburi warnawarni ribuan cahaya
datang selamatkan kita
tertawa menari karna kita cinta
Mari berbaring rebah dalam senyum seluas langit, hingga harapan dan damai
berangkulan nyanyikan bait-bait kebebasan yang pelangi
hingga sayap-sayap tangan terulur menggapai jubahNya yang seputih angin
jangan peduli korban darah-tangis-raga kita yang berseberangan dengan keindahanNya
Anakku,
lihat tanda itu
semua akan terjadi saat Dia menjemput kita
mari semuamua kita bersamasama terpejam
kelak jumpa lagi di suaka mega langit berumput hijau kemilau
rest in peace,
beristirahatlah dalam damai.
Semarang – 2004
Langganan:
Postingan (Atom)