Tampilkan postingan dengan label Gundah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Gundah. Tampilkan semua postingan

Jumat, 19 Oktober 2012

Di Ruang Tunggu


hari minim kabar
gadis baru datang
ke hatimu yang bulat
oleh cinta yang kekang
sebab bertekad tak lekang

bahasa tubuh, ya
bahasa tubuh basah
di gambar gambar tawa
merapatkan kau
rapatlah ia

hari hari aku berjuang
merapatkan bibir
mengatupkan rahang
melawan sakit
lagi


18Ags12

Jumat, 26 Agustus 2011

Rapuh

Ini saat tepat
setubuhi aku.
Sebab, aku sedang berjalanjalan
sambil asyik membawa luka.

Luka adalah
sebuah
ruang kosong
tanpa kunci.
Pintu membuka
lebar
aku membiarkannya.
Segala bentuk
salah khilaf
masuk
atas ijin bahasa tubuh.

Silahkan.
Silahkan.
Silahkan datang malapetaka.
Tapi yang ada dalam pandang mata,
adalah anugerah langit
menyala nyala.

Ini saat tepat
setubuhi aku.
Besar hasrat besar harap
seseorang datang dan berhasil
membuatku terjerumus
mampus
ke dasar luka.


26Agst2011

Minggu, 29 Agustus 2010

Jauhkan Aku Dari Puisi

larikku tawar
tak lagi sekuntum
mawar


baitku hambar
karna angkuh yang ku
umbar


akulah si pongah
tak tahu diri
tempat kesombongan
mesti dikuliti


duh, Ibunda semesta
penguasa langit bumi


jauhkan aku dari puisi
bila nurani menuju

mati


2010

Selasa, 25 Mei 2010

Pulanglah Penyair Petualang!


Kukembalikan bait puisimu
yang penuh kelu mendayu,
nyatanya kata cuma dusta
dari petualang yang dahaga.

Kukembalikan seorang penyair
yang bertualang tak kenal akhir,
memburu cinta para perempuan
yang limbung pahami kehidupan.

Biar segala kembali ke asal.
Ku tak mau berkayuh dalam sesal,
teperdaya cumbuan gombal
dari bibir seorang pembual.

Ya.

Kukembalikan sebentuk puisi
kepada penyajaknya,
seperti seorang penyihir
kembali pada ucap mantranya.


2010

Jumat, 14 Mei 2010

Pada Titik Perjalanan


ia menjelma petir
diluar kehendak
yang menggelegar getir
dimana hendak

sekeras tenaga
ia menolak
segenap jiwa
ia mengelak

o, hasrat ini
tak seharusnya kualami
rasa ini
tak semestinya kuikuti


sekuat kuat ia bertahan
pertaruhkan kesetiaan
sekuat kuat ia berdoa
pertaruhkan kemurnian

tapi ia menjelma petir
yang menggelegar getir

seterang terang pijarnya
sepilu pilu hatinya


2010

Minggu, 25 April 2010

Terbanglah, Menuju Mercusuar!


: Anak Indonesia, yang dihujani luka.



Mari kuambil nyawamu, Nak.
Kita janjian, kapan waktu yang tepat,
diam diam ya.
Diam-diam.

Tak sabar tunggui kode,
peta lebam di tubuh,
bau kulitdaging hangus,
gigi-gigi dipaksa tanggal,
kehormatan diperkosa.

Resah tunggui sinyal,
lezat makanan dan seterika panas,
nikmat bermain dan cambuk kayu.
Kanak-kanak diperam jadi kenyal.

Kutunggu tanda darimu, Nak.
Serupa warna isak tangis,
atau noda takut yang akut.

Jika kau tak kuat lagi,
selekasnya kita buat janji.
Ayo kita terbang, menuju mercusuar.
Tempat bagimu ada suaka.

Anakku,
bersegera, kita kesana!


2010

Jumat, 02 April 2010

Berdamai dengan Diri


lihat diri yang tak terlihat
dengar diri yang tak terdengar

temukan diri yang tak ketemu
mengerti diri yang tak ngerti

akhirnya,
kuterima diri yang tak terima

ini


2010

Selasa, 23 Maret 2010

Pena yang Kosong


melilit kedewasaanku menggugat jenuh
dalam satu jalan tanpa nama
tapak kaki melebar menutup seluruh jengah,
yang menggelegar sayu

sayupsayup suara rindu yang tipis, menjadi biasa
tertimpa usang
semilir angin adalah sudah semestinya,
juga warnawarni bunga bukanlah pelangi,
pelangi tak seharum cinta,
cinta sudah kosong.


2004

Rabu, 03 Februari 2010

Selepas Pergi


ranting patah

sayap patah

hati patah?

entah


2Peb10.semarang

Senin, 18 Januari 2010

Tinggal Aku Sendiri


Petir kepung bumi tak berbaju. Anak anak dalam lindungan ibu. Bumi bersuka suka. Sebentar menggelinding. Tiba tiba jongkok. Lalu berdiri. Diam, teriak, sambil berlari. Tak terbaca. Tak teraba.

Aku masih ada, disini hidup.

Benda mati tertawa riang. Tak lagi terinjak malah sanggup menginjak. Injak tubuh tubuh kehidupan yang telah payah. Hawa kelewatan kecoh seluruh tulang. Sebentar terbakar, lalu dibuat beku. Sebentar kering, lalu dibuat basah. Tiba tiba.

Masih ada disini, aku hidup.

Lambung giling udara kosong. Tersebar kelaparan yang seragam. Manusia jadi hewan. Hewan jadi manusia. Tumbuhan sendirian, dan makin sendiri. Air. Air. Yang hidup berebut air. Epidemi dimana mana kemana mana. Terbang, hinggap. Hinggap, terbang.

Aku ada disini, masih hidup.

Bulan bintang lengah berjaga. Matahari bumi saling mendekap. Udara penuh warna dan bau. Bikin sesak dan siksa. Hijau bumi, ganti merah kehitaman. Mayat mayat tumbuh dari yang terpaksa mati. Jadi hiasan bumi, tanpa dikebumikan.

Masih disini aku, ada hidup.

Aku sendiri dan sakit. Kesepian tak sempat datang. Aku kelelahan, nikmati luka satu satu. Perih panjang tak selesai. Ada darah. Ada borok. Ada belatung. Tubuhku sulit terurai. Tiada daya, tapi tak juga mati.

Mengapa masih ada aku, tuk saksikan semua ini?

Mengapa masih disini aku, tuk saksikan ini semua?

Mengapa masih hidup aku, tuk saksikan semua ini?

Ampun, Tuhan.
Aku tak ingin hidup seribu tahun lagi.


Jan10,Minggu

Rabu, 13 Januari 2010

Dicari: Sebentuk Lupa


Gigih,
kuputuskan saja tuk mencari lupa
sebulat bulatnya seutuh utuhnya
lupa
lupa


semua orang menolak lupa
tiba tiba kebingungan
lalu jadi jengah berkepanjangan
dan
di ujung pagi terpenjara murka
karna terpeluk lupa

tapi aku,
malah harus kucari cari
lupa
atau kupaksa curi curi
lupa

sebentuk lupa ini,
yang kutolak juga kuingini
ku angan angani pula kutepis tepis

aku harus ciptakan lupa,
berusaha dilanda lupa,
lakukan sebentuk lupa,
sambil diam diam belajar mengeja

lu

pa

lalu tertatih
cintai lupa sejak ini
yang mulanya jadi benci
oh sedih.



Jan10

Selasa, 12 Januari 2010

Sebelum Berada di Dasar Mal


berapa harga sebatang gincu
pulas bibir biar indah menceracau
berapa harga sepetak bedak
pupur wajah biar itu sinar bikin muka tegak
berapa harga pakaian hendak kau beli
tertawa geli dalam tangan mendamba
damba decak kagum yang bayang
seratus ribu? duaratus? satu juta? dua? lebih?

semuamuanya

bagi tubuhmu
yang belum kaku
jadi batu
atau
abu


15Des09,slasa

Selasa, 25 Agustus 2009

Sekolah dalam Kaca


kumpulan remaja cantik tampan dalam tabung,
dengan balutan rekat seragam keren dan trendy
tak jelas untuk apa sekolah, belajar atau
cari kepuasan diri lewat penampilan
dalam persahabatan eye shadow-pensil alis-lipstick, dan
1 tube jelly pengusap rambut yang terbelalak jenuh
sebab percaya diri tumbuh dari situ, dalam bayang lekat
selebritis dunia
plus mobil dan sopirnya, sempurna
untuk dikagumi

guru adalah peran pembantu atau figuran
tanpa wibawa dan tak pernah bijak
gampang marah, lainnya selalu mengalah atau jadi kalahan
dalam dandanan heboh keluaran salon
tak jelas untuk apa jadi pendidik

masalah seharihari seputar protes dan berontak menantang hujan
pada rumah mewah yang kesepian, perhatian orang tua
berlarian kemana-mana
pada sekolah materialistis, berebutan cari lawan jenis ber-merk
kalau perlu berurusan dengan kepala sekolah, yang dahinya
ikut mengkerut tajam karna satu masalah penting :
ini soal rebutan pacar !

pulang sekolah bisa keluyuran, atau dugem,
atau sesenggukan di atas bantal bermata malas, atau
teriak mencari musuh yang adalah dirinya

tapi tebal buku hanya alas bagi kertas dan pena yang akrab bersekutu
untuk sebuah surat cinta dan siasat

gambaran ideal sekolah favorit disana, dengan siswa yang diberi honor
karna berhasil jadi topeng dan idola
hingga rating-nya membuncah naik, sedang semua manusia akil balik disini
membutuhkan tabung oksigen, untuk tetap hidup dan berjalan
di atas tanah tanpa merayap

aku tunggu gelisah,
diskusi tentang kehidupan dan debat ilmiah,
dari rangkuman hasrat, pikiran, dan tali suara yang bergandengan
dengan nurani berbalut tekad

bergulung cemas, aku melihat

mereka melenggang pergi dipandu dagu terangkat berduaan,
berpasang oleh tangan tak ragu terkait,
berselubung lagu cinta yang menjalar jemu
si tampan berjalan dalam perut kempis dada terbusung
si cantik sentiasa pamer lemak di pinggul yang menggigil
kesanakemari dengan luapan hati secerah rok di atas lutut,
berkibaran bangga, atas prestasi gemilang anak bangsa
kini tuntas diraih sudah :

menggaet senyum primadona sekolah.



Semarang - 2004