Selasa, 25 Agustus 2009

Sekolah dalam Kaca


kumpulan remaja cantik tampan dalam tabung,
dengan balutan rekat seragam keren dan trendy
tak jelas untuk apa sekolah, belajar atau
cari kepuasan diri lewat penampilan
dalam persahabatan eye shadow-pensil alis-lipstick, dan
1 tube jelly pengusap rambut yang terbelalak jenuh
sebab percaya diri tumbuh dari situ, dalam bayang lekat
selebritis dunia
plus mobil dan sopirnya, sempurna
untuk dikagumi

guru adalah peran pembantu atau figuran
tanpa wibawa dan tak pernah bijak
gampang marah, lainnya selalu mengalah atau jadi kalahan
dalam dandanan heboh keluaran salon
tak jelas untuk apa jadi pendidik

masalah seharihari seputar protes dan berontak menantang hujan
pada rumah mewah yang kesepian, perhatian orang tua
berlarian kemana-mana
pada sekolah materialistis, berebutan cari lawan jenis ber-merk
kalau perlu berurusan dengan kepala sekolah, yang dahinya
ikut mengkerut tajam karna satu masalah penting :
ini soal rebutan pacar !

pulang sekolah bisa keluyuran, atau dugem,
atau sesenggukan di atas bantal bermata malas, atau
teriak mencari musuh yang adalah dirinya

tapi tebal buku hanya alas bagi kertas dan pena yang akrab bersekutu
untuk sebuah surat cinta dan siasat

gambaran ideal sekolah favorit disana, dengan siswa yang diberi honor
karna berhasil jadi topeng dan idola
hingga rating-nya membuncah naik, sedang semua manusia akil balik disini
membutuhkan tabung oksigen, untuk tetap hidup dan berjalan
di atas tanah tanpa merayap

aku tunggu gelisah,
diskusi tentang kehidupan dan debat ilmiah,
dari rangkuman hasrat, pikiran, dan tali suara yang bergandengan
dengan nurani berbalut tekad

bergulung cemas, aku melihat

mereka melenggang pergi dipandu dagu terangkat berduaan,
berpasang oleh tangan tak ragu terkait,
berselubung lagu cinta yang menjalar jemu
si tampan berjalan dalam perut kempis dada terbusung
si cantik sentiasa pamer lemak di pinggul yang menggigil
kesanakemari dengan luapan hati secerah rok di atas lutut,
berkibaran bangga, atas prestasi gemilang anak bangsa
kini tuntas diraih sudah :

menggaet senyum primadona sekolah.



Semarang - 2004

Tidak ada komentar:

Posting Komentar