Kukembalikan bait puisimu
yang penuh kelu mendayu,
nyatanya kata cuma dusta
dari petualang yang dahaga.
Kukembalikan seorang penyair
yang bertualang tak kenal akhir,
memburu cinta para perempuan
yang limbung pahami kehidupan.
Biar segala kembali ke asal.
Ku tak mau berkayuh dalam sesal,
teperdaya cumbuan gombal
dari bibir seorang pembual.
Ya.
Kukembalikan sebentuk puisi
kepada penyajaknya,
seperti seorang penyihir
kembali pada ucap mantranya.
2010
ANTARA BUMI DAN AKU
BalasHapus--joko sutrisno
membrengus bumi yang semakin hangus
tanah pecah kering kerontang
dan tubuh lunglai berjalan diatasnya
dari kejauhan siulan geram tak merdu
ya sang gagak tampil di siang hari
kenakan jirah lelapnya tanpa kilap
pekat karat menempel tanpa sekat
membrengus bumi yang tak cantik
hijau rerumputan kian menguning
terjuntai kuning hilang kepala
disekitarnya kerumunan kambing ceking
cekikikan mengunyah penuh berkah
dan penggembala buta santai nyelonjor
karna kaki bau adalah hadiah terindah dari tuhan
membrengus bumi yang tak bulat
dedaunan segar dikerubuti lalat
hingga anjing kurap kerap mencaci
mengapa ia tak makan sayur
meski sang anjing tetap dirantai
bukan pengaruh baginya berimaji
liur menetes bagai ledeng di komplek cukong
membrengus bumi yang batuk dahak
disiram hujan yang hilang akal
kau tau hujan kini talah bercerai dari awan?
kau tau apa alasannya?
konon awan tak berjeniskelamin
ya kini hujan dapat pacar dari jenisnya
sungai goblok yang mengalir bingung
terkadang deras terkadang pula tenang
yang pasti sungai berikrar demi bersetubuh
membrengus bumi yang kian girang
penuh perkara sepele namun genting
meski demikian bumi adalah ciptaan terbaik tuhan
melebihi malaikat, dewa bahkan manusia
setiap dua kali sehari ia onani sembari
menonton persetubuhan matahari dan bulan
membrengus bumi yang gelandangan
tak pernah mau menjawab dimana rumahnya?
(jakarta, 11 Juni 2010)