Selasa, 25 Agustus 2009

Pengusiran Sungai


apa yang kan kucerita tentangmu
gemericikmu tak terdengar sejak malam itu
kala ribuan nyawa setubuhi ragamu yang halus
hingga raunganmu tak lagi terasa pilu

apalagi kan kucerita tentangmu
segala air yang kau lindungi
tak mampu jernihi tubuh ranum milikmu
beningnya menghitam layu kini

apalagi yang kan kucerita tentang gejolakmu
bahkan kau kalah, oleh denyut kehidupan
membawamu berjalan menuju maut
siap menyelimuti manusia sekitar
dengan bencana dari murkamu

kau kalah, kau kalah, kau kalah, kau telah kalah
apalagi yang dapat kucerita tentang arusmu
harum butiran beningmu telah lama mati
mereka rampas keindahan dari mataku,
kemolekanmu tak lagi dapat kugenggam

aku hanya jijik dalam rayuanmu kini
kau hanyalah sungai tak bermakna
dekil dan bau mulutmu selalu menganga
tak pernah lagi ada kesegaran disana
ku telah mengendap, jadi bagian daratan sampah yang menggunung
sedang kau,
tak lagi mau membagi aliranmu
bawa warnamu padaku, lekaslah!
jangan.
jangan yang gelap itu,
aku bisa pusing cari-cari ikan dalam tubuhmu,
pasti tariannya sudah lama hilang.
juga bukan.
bukan warna pelangi kusam itu,
itu hanyalah tipuan plastik-kertas-racun,
menari riang mengejek ikan.

aku ingin yang waktu itu,
waktu kau menghalau para perahu ke tujuan
rasa gembira memeluk tubuhmu yang telanjang
dan terimakasih terus berdenyut tiada henti

aku ingin yang waktu itu,
waktu kau buatku terpana mereguk rindu
lalu tengadah menatap langit
dan syukur terus menjulang tiada batas

aku ingin yang waktu itu,
waktu kau dorong setiap hati mendekatimu
mencari-cari damai dari senyummu yang sejuk
dan karya terus bertumbuh tiada cela

nah,
bisakah kau bawa warnamu padaku.
ya benar, warnamu yang waktu itu.
waktu itu,
yang aku ingin.

kulihat kau menggeleng getir,
dan kulihat aku tertunduk kecewa,
maafkan aku.
aku bukanlah manusia setia, juga
tak ada alasan untuk bersahabat pada
air mata yang keruh itu
maafkan aku.

kau telah kalah, tak mampu dan hampir mati
kau terpandang hina, tak berguna.
kau hanya sebuah keranjang sampah,
mengotori bait karyaku,
mencemarkan pelangi di anganku.

maka, maafkan aku.

aku tak membutuhkanmu lagi
untuk puisiku,
karna tak ada yang mampu kuceritakan tentang mu
pergilah..



Semarang, 2005

Tidak ada komentar:

Posting Komentar