Rabu, 26 Agustus 2009

Pemenang Dunia

(…untuk seorang manusia di pinggir jalan Jatingaleh
dan mereka menyebutnya ‘orang gila’ )


duduk gembira pada sepiring dunia
bercanda tawa pada segala alam berasap
kerikil tajam penusuk surganya, memuai dalam keakraban
jadi sobat rekat bercengkerama dengan luka

aku iri pada damainya
karna nestapa pada pundakku, menyisakan luka bernanah
lelah kugaruk jalan panjang, tetap tak kutemukan
sepotong tawa dalam cawanku
seperti miliknya

aku cemburu karna riangnya menyayat tajam kicauku
kuikuti zaman dalam petang tubuh dekil, sambil kujilati aroma mimpi jingganya
berjalan tanpa beban ke ujung atmosfir bumi, ia tak peduli apapun menjauhi
hanya pancaran wajah tulus menyapa segala yang ia jumpa

dalam ribuan detik: telanjang tiada ia kedinginan,
sendiri tiada ia kesepian,
disakiti tiada ia terluka,
ia rangkul segala dingin, sepi, dan luka
dalam hangatnya secangkir bahagia yang ia racik

oh, inikah letak jarum keadilan
saat dunia direnggut darinya tak bersisa
Tuhan masih memberinya sepiring
mampu cairkan segala rantai yang telah jadi belenggu,
merdeka lepas dalam samudera baru
hingga ke waktu tak berujung



Semarang –2004

Tidak ada komentar:

Posting Komentar