(pada ibadat pemakaman bapak sobat kita, wulan)
kita bertemu, kau dan kekasihmu,
dan diriku,
dan deretan kawan sejiwa
berboncengan membelah malam gulita
menuju rumah sahabat sedang
muram memeluk air mata
yang sebagian telah ditabur bagi ayahanda
di atas kuburnya, siang tadi
malam ini, aku hanya melihat
kau dan kekasihmu
sangat sunyi, hanya ada warna biru yang dingin
bahkan ibadat duka cita ini,
lebih ramai dentingnya
lebih mesra hangatnya
seperti waktu yang sudahsudah, pada tiaptiap babak
yang menjebak pertemuan kita
kau dan kekasihmu,
sangat sunyi, hanya ada warna biru
dingin
setipis angin batasan itu terbaca
antara kau dan kekasih
Ungaran murung, Selasa, 31 Oktober 2000
Tidak ada komentar:
Posting Komentar