Minggu, 26 Februari 2012

Rosario

: Mpok Mercy Sitanggang


Terasa dingin di ujung jari,
sentuh butir-butir rosario,
sentak sadari
telah kugenggam roh
punyamu, ini.

Ini seperti pusaka
yang kau wariskan pada
seorang asing yang kau jumpa
di tengah perjalanan
menuju Emaus kita.

Aku raba tiap butir batu
mawar air mata
bulir kehidupan
galau tawa
sukadukacita
getir keramaian
mahkota duri
piala kesepian
cawan kosong
uap anggur
pecah roti
tapi bukan, ciuman Yudas.
Ya. Bukan.

Demikian lama aku kehilangan ibu,
lalu kuhilang-hilangkan semua ibu
dalam hidup, yang bugil kacau.
Kau tarik tanganpetangpedangku,
kau paksa ia masuk ke genggamku,
serahkan padaku kisah yang kau
kawani selama ini,
segala mewujud kalungdoa
layu jatuh tak pantas,
bisa apa aku?

Ini serupa nyawa, sulit kubiarkan.
Mata minta aku merawatnya.
Pelukan percaya.
Sekuat-kuat ucapan,
kerelaan tak terperikan.

Bisa apa aku?

Katamu masih ada ibu,
selain ibu dari jari yang tuntun aku
merangkak pelan menuju
berbutir butir batu
cairkan gelap
terangkan pengap
kuketuk ketuk
tanpa amuk tiada kantuk
untuk
tabah rebah di dada Ibu,

Maria.


Semarang,24Jan12

Tidak ada komentar:

Posting Komentar